Sabtu, 15 September 2012

KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA


BAB I
PENDAHULUAN

Ajaran agama mengandung nilai moral dan prilaku yang melahirkan konsekuensi pada pada pemeluknya untuk pengamalan nilai moral. Nilai moral tersebut ke dalam prilaku keseharian. Namun tidak semua individu yang memilki kematangan beragama yang berpeluang untuk mengwujudkannya. Salah satu ciri pribadi yang matang beragama dittandai dengan dimilikinya konsisten antara nilai moral.  Moral agama yang tertanam dalam diri individu dengan perilaku keseharian yang dimunculkan.
Dengan bahasa yang sederhana dapat diungkapkan bahwa apabila individu apabila individu matang dalam beragamanya, maka indivi tersebut akan konsisiten dalam ajaran agamanya. Konsisten ini akan membawa individu untuk berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya. Lebih jauh lagi, melalui kematangan dalam kehidupan beragama individu akan mampu mengintegrasikan atau menyatukan ajaran agama dalam seluruh aspek kehidupan.
Secara khusus, keberagamaan yang matang akan lebih mendorong umat untuk berprilaku sesui dengan ajaran agamanya dalam setiap sisi kehidupan. Begitu pula dengan masyarakat indonesia yang merupakan masyarakat yang memiliki landasan keberagamaan yang kental.
Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua fakta, nilai-nilai serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajarannya. Untuk menambah wawasan kita pada mata kuliah psikologi agama,  maka dalam makalah ini kami akan  membahas tentang kriteria orang yang matang dalam bergama.









BAB II
PEMBAHAHASAN

A.  Kriteria Orang Yang Matang Beragama
Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan bergama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama tersebut dalam hidupnya.
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. puncak perkembangan jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan. sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan (abilitasi). Pencapaian tingkat abilitasi tertentu bagi perkembangan rohani biasa disebut dengan istilah kematangan (maturity). Berdasarkan ilmu psikologi agama, latar belakang psikologis baik diperoleh berdasarkan faktor intern maupun hasil pengaruh lingkungan memberi ciri pada pola tingkah laku dan sikap seorang dalam bertindak.
Dengan demikian, Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua fakta, nilai-nilai, serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama.
Dalam buku The varieties of religious experience William James menilai secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:


1. Tipe orang yang sakit jiwa (The sick soul)
Menurut William james, sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ditemui pada orang yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu misal seseorang menyakinkan suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah. konflik batin atau pun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah.

2. Tipe orang yang sehat jiwa (Healthy-Mindednes)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut N. Star buck yang dikemukankan oleh W. Houston clark dalam bukunya Religion Psychology adalah Optimis dan gembira.
Orang yang sehat jiwanya menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payahnya yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang di buatnya tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia, mereka yakin bahwa Tuhan bersifat pengasih dan penyayang dan bukan pemberi azab.

B.  Orang yang Matang Beragama Menurut Al-Qur’an
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan.
1.      Mereka yang khusyu' shalatnya
2.      Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
3.      Menunaikan zakat
4.      Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
5.      Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)
6.      Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
7.      Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)
8.      Merendahkan diri dan bertawadlu'
9.      Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail)
10.  Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari jahanam
11.  Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir
12.  Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina
13.  Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)

C.  Orang yang matang beragama menurut As-Sunnah
Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari). "Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari gangguannya" (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah sehingga dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..."
Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya, saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah Dan Rasul nya.
Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh praktek Rasulullah SAW, sehingga dia betul-betul menjaga hubungan "hablum minallah" (hubungan vertikal) dan "hablum minannaas" (hubungan horizontal).
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, yaitu:
1.      Mengamalkan isi Al-Qur'an
2.      Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-perintah Nya dan meninggalkan larangan-Nya
3.      Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
4.      Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh.
Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan  bahwa orang yang matang beragama mempunyai 9 kriteria, yaitu:
1.      Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya
2.      Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya
3.      Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
4.      Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah.
5.      Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia
6.      Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain
7.      Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh
8.      Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah" (HR. Ahmad)
9.      Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara.

D.  Kriteria Orang Yang Matang Bergama Menurut  Ahli (Allport: 1993)
Allport, Memberikan Ciri-Ciri Individu Yang Memiliki Kematangan Bergama Yaitu Sebagai Berikut:
1.      Kemampuan Melakukan Differensi, Artinya Kemampuan Differensi Dengan Baik Dimaksudkan Sebagai Individu Dalam Bersikap Dan Berperilaku Terhadap Agama Secara Objektif, Kritis, Reflektif, Berpikir Terbuka Atau Tidak Dogmatis. Individu Yang Memiliki Kehidupan Bergama Yang Differensiasi, Akan Mampu Menempatkan Rasio Sebagai Salah Satu Bagian Dari Kehidupan Bergamanya, Sehingga Pandangan Terhadap Agama Menjadi Lebih Kompleks Dan Realistis, Tidak Terjebak Dengan Pemikiran Yang Dogmatis.
2.      Berkarakter Dinamis, Artinya Apabila Individu Telah Berkarakter Dinamis, Agama Telah Mampu Mengontrol Dan Mengarahkan Motif-Motif Dan Aktivitasnya. Aktivitas Keagamaan Semuanya Dilaksanakan Demi Kepentingan Agama Itu Sediri.
3.      Konsistensi Moral, Kematangan Beragama Ditandai Dengan Konsistensi Individu Pada Konsikuensi Moral Yang Dimiliki Dengan Ditandai Oleh Keselarasan Antara Tingkah Laku Dengan Nilai Moral. Salah Satunya Adalah Adanya Keselarasan Dan Kesamaan Antara Tingkah Laku Dengan Nilai Agama, Kepercayaan Tentang Agama Yang Intens Akan Mampu Mengubah Atau Memtransfomasikan Tingkah Laku.
4.      Komprehensif, Kebergamaan Yang Komprehensif Dapat Diartikan Segabai Kebaragamaan Yang Luas, Universal Dan Toleran Dalam Arti Mampu Menerima Perbedaan.
5.      Integral, Keberagamaan Yang Matang Akan Mammpu Mengintegrasikan Atau Menyatukan Agama Dengan Segenap Aspek-Aspek Lain Dalam Kehidupan Termasuk Di Dalamnya Dengan Ilmu Pengetahuan
6.      Heuristik, Ciri Heuristik Dari Kematangan Beragama Berarti Individu Akan Menyadari Keterbatasannya Dalam Beragama, Serta Selalu Berusaha Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Penghayatan Dalam Bergama. 


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
ü  Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agam yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
ü  Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua fakta, nilai-nilai serta memberi arah pada krangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama.
ü  Kemampuan Melakukan Differensi, Artinya Kemampuan Differensi Dengan Baik Dimaksudkan Sebagai Individu Dalam Bersikap Dan Berperilaku Terhadap Agama Secara Objektif, Kritis, Reflektif, Berpikir Terbuka Atau Tidak Dogmatis. Individu Yang Memiliki Kehidupan Bergama Yang Differensiasi, Akan Mampu Menempatkan Rasio Sebagai Salh Satu Bagian Dari Kehidupan Bergamanya, Sehingga Pandangan Terhadap Agama Menjadi Lebih Kompleks Dan Realistis.

B.     Saran
Marilah kita usahakan supaya kita menjadi orang yang matang beragama dalam beragama, sebab orang yang matang baragama akan mendapat dua kebahagian dunia dan akhirat, jangan sampai kita termasuk kedalam orang yang ikut-ikutan beragama tapi kita tidak memahaminya.






DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin. Psikologi Agama Edisi Refisi 2002, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada



















TUGAS MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH PSIKOLOGI AGAMA
Yang Diampu Oleh Bapak Drs. H. Dulhadi, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KASMIATI
DEDY AFRIANSA RITONGA


Description: Stain-Bagus







JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2012

2 komentar: