A.
KONSELING CLIENT CENTERED
Penggagas pendekatan client centered
yang pertama adalah Carl R.ogers. Pendekatan ini sebagi reaksi dari pendekatan
psikoanalisis. Pendekatan Client Centered merupakan cabang dari paham
umanistik. Pendekatan ini menaruh kepercayaan bahwa client memiliki kesanggupan
untuk memecahkan masalahnya sendiri. Hubungan terapis dan client merupakan alat
untuk meningkatkan kesadaran dan menemukan sumber-sumber yang terpendam yang
kemudian membangun konstruksi dalam pengubahan hidupnya.
1.
Konsep Dasar
a.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia
mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka,
berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada
inti terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi
tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana
terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang
memiliki otoritas. Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan
dalam membuat keputusan.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:300) mengatakan bahwa Melalui
Pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk menemukan persoalan,
pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang
yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi
masalahnya sendiri. Tetapi karena oleh suatu hambatan, potensi dan kemampuan
itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana mestinya. Bertitik tolak
dari anggapan dan pandangan tersebut, inisiatif dan peranan masalah diletakkan
di pundak klien sendiri, sedangkan kewajiban dan peranan utama konselor adalah
menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada
diri klien berkembang secara optimal. Dengan cara menciptakan hubungan yang
hangat dan permisif.
b. Karakteristik Terapi Client
Centered
ü Fokus
utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.
ü Lebih
mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
ü Masa
kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
ü Pertumbuhan
emosional terjadi dalam hubungan konseling.
ü Proses
terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan
pengalaman diri yang sesungguhnya.
ü Hubungan
konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang
menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.
ü
Klien memegang peranan aktif dalam
konseling sedangkan konselor bersifat pasif reflektif.
2. Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
- Kita
berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan
dengan hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar
memahami bagaimana ia mempersepsikannya.
- Kita
termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk
mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan
potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat
diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap
nondirektif.
- Individu
memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini
diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara
terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan
ketulusan dari terapis.
- Konsep
diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima
dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami
penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard)
dalam terapi.
3. Tujuan Terapi Client Centered
a. Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan
pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana
kenyataan itu hadir di luar dirinya.
b. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu
klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningknya
keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen
kepada dirinya sendiri pun muali timbul.
c. Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan
dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada
diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang semakin menaruh
perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya
dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan
persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku
dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan
bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian
merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun klien boleh jadi
menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan berhasil
dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu
proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses
pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri
bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
- Peranan konselor Dalam Terapi Client Centered
a.
Konselor tidak memimpin, mengatur
atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi dilakukan sendiri oleh
klien.
b.
Arah pembicaraan ditentukan oleh
klien.
c.
Konselor menerima klien dengan
sepenuhnya dalam keadaan apa adanya.
d.
Konselor memberikan kebebasan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Menurut Rogers seorang konselor
harus memiliki syarat:
a. Memiliki
sensitifitas dalam hubungan insani.
b. Memiliki
sikap yang obyektif.
c. Menghormat
kemuliaan orang lain.
d. Memahami
diri sendiri.
e. Bebas
dari prasangka dan kompleks-kompleks dalam dirinya.
f. Sanggup
masuk dalam dunia klien (empati) secara simpatik.
- Teknik-Teknik Konseling dalam Terapi Client Centered
Terapi Client
Centered
menempatkan tanggungjawab tidak pada konselor tetapi pada klien. Maka
teknik-teknik konselingnyas adalah sebagai berikut:
a. Acceptance
(penerimaan)
b. Respect
(rasa hormat)
c. Understanding
(mengerti, memahami)
d. Reassurance
(Menentramkan hati, meyakinkan)
e. Encouragement
(dorongan).
f. Limited
Questioning (pertanyaan terbatas)
g. Reflection
(memantulkan pertanyaan dan perasaan).
- Penerapan Terapi Client Centered di Sekolah :
Proses Belajar Mengajar
Filsafat yang mendasari teori client centered memiliki
penerapan langsung pada proses belajar. Seperti pandangannya terhadap terapis
dan client, guru berperan sebagai alat yang menciptakan atmosfer yang positif
dan siswa dipandang sebagai manusi yang dapat bertanggungjawab dan menemukan
masalah-masalah yang penting yang berkaitan dengan keberadaan dirinya. Siswa
bisa terlibat dalam kegiatan belajar bermakna, jika guru menciptakan iklim
kebebasan dan kepercayaan. Fungsi guru seperti yang dijalankan terapis :
kesejatian, ketulusan, keterbukaan, penerimaan, pengertian, empati dan kesediaan
untuk membiarkan para siswa untuk mengeksplorasi materi yang bermakna
menciptakan atmosfer dimana kegiatan belajar yang signifikan bisa berjalan.
- KONSELING GESTALT
Teori Gestalt
diperkenalkan oleh Frederick Perls. Gestalt dalam bahasa Jerman mempunyai arti
bentuk, wujud atau organisasi. Kata itu mengandung pengertian kebulatan atau
keparipurnaan (Schultz, 1991). Lebih lanjut, Simkin (dalam Gilliland, 1989)
menyatakan bahwa kata Gestalt mempunyai makna keseluruhan (whole) atau
konfigurasi (configuration). Dengan demikian Perls lebih mengutamakan adanya
integrasi bagian-bagian terkecil kepada suatu hal yang menyeluruh. Integrasi
ini merupakan hal penting dan menjadi fungsi dasar bagi manusia.
1.
Konsep Dasar
a.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Teori Gestalt memandang manusia
dengan asumsi-asumsi sebagai berikut,
1.
manusia
merupakan suatu komposisi yang menyeluruh (whole) yang diciptakan dari adanya
interrelasi bagian-bagian, tidak ada satu bagian tubuh (tubuh, emosi,
pemikiran, perhatian, sensasi dan persepsi) yang dapat dipahami tanpa melihat
manusia itu secara keseluruhan.
2.
seseorang
juga merupakan bagian dari lingkungannya dan tidak dapat dipahami dengan
memisahkannya,
3.
seseorang
memilih bagaimana merespon stimuli eksternal, dia merupakan aktor dalam
dunianya dan bukan reaktor,
4.
seseorang
mempunyai potensi untuk secara penuh menyadari keseluruhan sensasi, pemikiran,
emosi, dan persepsinya,
5.
seseorang
mampu untuk membuat pilihan karena kesadarannya,
6.
seseorang
mempunyai kemampuan untuk menentukan kehidupan secara efektif,
7.
seseorang
tidak mengalami masa lalu dan masa yang akan datang; mereka hanya akan dapat
mengalami dirinya pada saat ini, dan
8.
seseorang
itu pada dasarnya baik dan bukan buruk.
Menurut teori
Gestalt, manusia sehat memiliki ciri-ciri antara lain percaya pada kemampuan
sendiri, bertanggungjawab, memiliki kematangan, memiliki keseimbangan diri.
Sebagai orang yang pernah mempelajari teori psikoanalisa (walaupun ditolaknya)
Frankl menunjukkan bahwa orang-orang tidak sehat memiliki ciri-ciri sebagaimana
yang disebutkan oleh teori psikoanalisa sebagai deffense mechanism.
Perilaku
menyimpang pada manusia seringkali tidak disadari oleh seseorang, atau bahkan
dia menolak bahwa mereka memiliki masalah. Dengan demikian, tujuan konseling
dalam keonseling Gestalt adalah reowning. Pengakuan (menyadari) bahwa
satu-satunya kenyataan yang kita miliki ialah kenyataan saat ini, orang serupa
itu tidak melihat kebelakang atau ke depan untuk menemukan arti atau maksud
dalam kehidupan (Schultz, 1991).
Pendekatan
Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada
hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan
begitu, konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana
konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli
melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present)
dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang
murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseling
Pengikut Gestalt
selalu mempergunakan kata tanya “Apa/What” dan “Bagaimana/How”. Mereka menjauhi
pertanyaan “Mengapa/Why”. Hal ini dikarenakan pertanyaan mengapa mempunyai
kecenderungan untuk mengetahui alasan klien. Jika hal ini dilakukan, maka
secara tidak langsung konselor telah mengajak klien untuk kembali ke masa
lalunya. Selain itu, pertanyaan mengapa akan mengarahkan klien untuk berbuat
rasionalisasi dan mengadakan penipuan diri (self-deception) serta lari dari
kenyataan yang terjadi saat ini. Lari dari kenyataan yang terjadi saat ini
akanmembuat klien mandeg atau stagnasi.
b.
Tujuan-Tujuan Terapi Gestalt
Terapi
Gestalt memiliki sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasarnya adalah
menantang Client agar perpindah dari di dukung oleh lingkungan kepada diri
sendiri. Sasaran terapi ini menjadikan pasient tidak bergantung pada orang
lain, menjadikan pasient menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan banyak
hal, lebih banyak dari pada yang dikiranya. Tujuan terapi Gestalt bukanlah
penyesuaian terhadap masyarakat. Menurut Perls, kita bisa memilih menjadi
bagian dari ketidak sehatan kolektif dan atau menghadapi resiko menjadi sehat.
Tujuan utama terapi adalah membantu klien agar menjalani hidup lebih penuh dan membantu klien agar menemukan pusat
dirinya.
Sementara
sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran-kesadran pada diri
sendiri, di pandang kuratif tanpa kesadaaran, klien tidak memilki alat untuk
mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran klien memiliki kesanggupan untuk
menghadapi dan menerima bagian-bagiab keberadaan yang di ingkarinya serta untuk
berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dengan kenyataan klien bisa
menjadi satu kesatuan dan menyeluruh.
- Fungsi dan Peran Terapis
Terapi
Gestalt difokuskan pada perasan klien, kesadaran atas saat sekarang,
Pesan-pesan tubuh, dan penghambat-penghambat kesadaran. Ajaran Perls adalah
kosongkan pikiran anda capailah kesadaran. Polster dan Polster sependapat
sependapat dengan Perls. Mereka menyatakan penafsiran-penafsiran dan
diagnosis-diagnosis yang cerdik tidak diperlikan. Yang penting adalah
menciptakan iklim dumana klien membengitkan proses-proses perkembngan sendiri
serta menjadi lebih focus pada
pengubahan kesadaranya dari waktu kewaktu. Polster dan Polster juga
menganjurkan kepada para terapis untuk menggunakan pengalamannya sendiri
sebagai bahan yang esensial dalam proses terapi.
Sedangkan
menurut Perls, mengemukakan bahwa cara untuk menghindari manipulasi yang
mungkin dilakukan klien membiarkan klien menemukan terapis sebagai “Layar
Proyeksi” dan memandang terapis sebagai
pemberi apa-apa yang hilang dari dirinya. Menurut Perls tugas terapis adalah
menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan
klien kepada titik tempat dia menghadapi suatu putusan apakah akan atau tidak
mengembangkan potensi-potensinya.
Satu
fungsi yang terpenting dari terapis Gestalt adalah memberikan perhatian pada
bahasa tubuh Client-nya. Isyarat-isyarat nonverbal dari Client menghasilkan
informamsi yang kaya bagi terapis, sebab isyarat-isyarat itu sering menghianati
perasaan-perasaan Client yang Client sendiri tidak menyadarinya.
- Prinsip
Teori Gestalt
ü
Saat
Ini (The Now)
Dalam pendekatan Gestalt, situasi saat ini
merupakan hal yang sangat penting (the
most significant tense). Sehingga dalam proses konseling, konseli akan
diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini.
Gestalt tidak akan mencari tahu apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi
lebih pada mendorong konseli untuk membicarakan saat ini. Pemusatan pada masa
lalu akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari masalahnya. Joel dan
Edwin (1992) menyatakan ”What does this mean, "present centered"? In
essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential
or what is past, but what is here, now”.
Untuk membantu konseli memahami keadaan saat
ini, maka konselor dapat membantu dengan memberikan kata tanya “Apa” dan
“Bagaimana”, dengan demikian, kata tanya “Mengapa” adalah kata tanya yang
sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman, 2003). Bahkan, seringkali
konselor memotong pembicaraan konseli, jika konseli mulai berkutat dengan masa
lalunya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan pernyataan seperti,
”Apa yang kamu rasakan pada saat kakimu bergoyang saat bicara?’ atau ”Dapatkah
kamu merasakan tekanan suaramu? Tidakkah kamu merasa ketakutan?” Usaha konselor
ini adalah untuk mengembalikan kesadaran konseli saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman
masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan konseli saat ini, terlebih jika
pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian atau
masalah yang dimiliki oleh konseli. Di lain pihak, karena (mungkin)
ketakutannya untuk menyelesaikan masalah, maka konseli cenderun untuk secara
terus menerus membicarakan masa lalunya. Untuk mengatasi masalah ini, maka
konselor dapat mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara “membawa
fantasinya ke saat ini” dan mencoba untuk mengajak konseli untuk melepaskan
keinginannya. Sebagai contoh, seorang anak memiliki trauma dengan perilaku
ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli untuk membicarakan apa yang telah
terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan saat ini dan
berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (semisal, berbicara dengan
ayahnya).
ü
Urusan
yang Belum Selesai (Unfinished Bussines)
Individu seringkali mengalami masalah dengan
orang lain di masa lalu. Menurut Gestalt, masalah masa lalu yang belum
terselesaikan atau terpecahkan disebut dengan Unfinished Bussiness yang dapat
dimanifestasikan dengan munculnya kemarahan (resentment), amukan (rage),
kebencian (hatred), rasa sakit (pain), cemas (anxiety), duka cita (grief), rasa
bersalah (guild) dan perilaku menunda (abandonment).
Polster menyatakan bahwa beberapa bentuk
perilaku akibat unfinished bussines adalah seseorang akan asyik dengan dirinya
sendiri, memaksa orang lain untuk menuruti kehendaknya, bentuk-bentuk perilaku
yang menempatkan dirinya sebagai orang kalah, bahkan seringkali muncul
simptom-simptom penyakit fisik.
Sebagai contoh ada
seorang mahasiswa yang menganggap bahwa semua perempuan itu tidak baik.
Perilaku mahasiswa ini cenderung untuk menjauhi perempuan. Diketahui bahwa masa
lalu mahasiswa ini mengalami perlakuan yang buruk dari ibunya sewaktu berusia
sekolah dasar (unfinished bussines). Pendekatan Gestalt tidak berorientasi pada
masa lalu atau berusaha untuk mengorek perilaku orang tua yang menyebabkan dia
berperilaku menjauhi perempuan. Sebab, jika itu dilakukan, maka mahasiswa ini
akan berusaha untuk meraih masa lalunya yang hilang, dan dia akan berpikir
menjadi anak kecil. Ini adalah proses yang tidak produktif. Konselor Gestalt
akan berusaha untuk membantu mahasiswa ini merasakan apa yang terjadi saat ini.
Konselor akan menfasilitasi mahasiswa ini untuk menunjukkan situasi yang
terjadi saat ini. Mahasiswa dibantu untuk menyadari bahwa perilakunya tidak
produktif dan kemudian mencari perilaku-perilaku yang lebih produktif.
ü
Contact
& Resisstance to Contact
Hal terpenting
dalam kehidupan manusia adalah malakukan kontak atau bertemu dengan orang lain
di sekitar. Kirchner (2008) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan
untuk melakukan kontak secara efektif dengan orang lain, dengan kemampuan itu,
maka individu akan dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin matang. Semua kontak
yang dilakukan oleh individu memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berujung
pada bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak
dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau, meraba dan pergerakan. Lebih
lanjut, Gestalt Institute of Cleveland (dalam Krichner, 2000) menunjukkan bahwa
proses kontak terjadi karena tujuh tingkatan yaitu (a) sensation, (b)
awareness, (c) mobilization of energy, (d) action, (e) contact, (f) resolution
and closure, dan (7) withdrawal.
Proses kontak individu dengan individu lain
seringkali mengalami masalah. Masalah ini seringkali muncul karena konseli
cenderung untuk menghindari kontak dengan keadaan saat ini dan orang lain.
Krichner (2000) menyatakan ada empat hal yang menjadi masalah konseli yaitu
confluence, introjection, projection, dan retroflection
ü
Energy
& Blocks to Energy
Pendekatan Gestalt
memperhatikan energy yang dimiliki oleh individu. Dimana teori ini berkeyakinan
bahwa untuk bisa menyelesaikan masalahnya, maka seseorang akan mengeluarkan
energy. Penutupan energy ini akan tampak pada keadaan fisik seseorang.
Seseorang yang tidak bisa mengeluarkan energinya, seringkali ditampakkan dengan
perilaku non verbal seperti, bernapas pendek-pendek, tidak focus dengan lawan
bicara, berbicara dengan suara tertahan, perhatian yang minimal terhadap sebuah
obyek, duduk dengan kaki tertutup, posisi duduk yang cenderung menjauhi lawan
bicara dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seseorang yang pada saat ini ingin
marah, tetapi tertahan, maka tubuhnya akan mereaksi penahaman marah (sebagai
upaya pelepasan energy) dengan bentuk-bentuk seperti napas tersengal-sengal.
Dalam proses
konseling, konselor berusaha untuk membantu kondisi pelepasan energy yang dimiliki
oleh konseli. Pada awalnya konseli diajak untuk mengenal perasaannya saat ini,
dan kemudian membantu untuk melepaskan energi yang tertahan tersebut.
- Teknis-Teknis Terapi Gestalt
ü Permainan
Dialog
salah
satu tujuan dari terapi Gestalt adalah mengusahakan fungsi yang terpadu dan
penerimaan atas aspek-aspek kepribadian yang di coba dibuwang diingkari, terapi
Gestal menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kpribadian.
Teknis permainan dialog dapat di gunakan, baik dalam konseling indivdu maupun
konseling kelomok. Dialog antara kedua kecendrungan yang berlawanan memiliki
sasaran taraf integrasi polaritas-polaritas dan konflik-konflik pada seseorang
kepada taraf yang lebih tinggi. Dengan sasaran itu terapis tidak bermaksud
memisahkan dari sifat-sifat tertentu, tetapi mendorong klien belajar menerima
dan hidup polaritas-polaritas.
ü Berkeliling
Berkeliling
adalah salah satu latihan terapi Gestalt dimana klien di minta utuk berkeliling
keanggota-anggota klompoknya, dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan
setiap kelompok.maksud teknis ini adalah untuk menghadapi, memberanikan diri
dan menyikapkan diri. Berekperimen dengan tingkah laku yang baru, seta tumbuh
dan berubah.
ü Latihan
bertanggung jawab
dalam
latihan ini terapis meminta untuk membuat sesuatu pernyataan dan kemudian
menambahkan pernyataan itu. Teknis ini mruapakan perluasan kontinum kesadaran
dan di rancang untuk membantu orang agar mengakui dan menerima
perasaan-perasaannya kepada orang lain.
ü Saya
memilki suatu rahasia
Teknis
ini di maksudkan untuk mengekplorasi perasaan malu dan berdosa.
ü Bermain
Proyeksi
Dinamika
Proyeksi terdiri atas seseorang melihat pada orang lain hal-hal yang justru ia
tidak ingin melihatnya dan menerimanya. orang bisa menguras banyak energi untuk
mengngkari perasaan-perasaan sendiri dan untuk mengalihkan motif-motif dirinya
kepada orang lain.
- Penerapan Konseling Gestalt Disekolah
Metodelogi
Gestalt memiliki penerapan langsung bagi penerapan menangani anak-anak dan
remaja di sekolah. Konsep Gestalt dalam mengonfrontasikan anak-anak dengan
cara-cara menghindari penggunaan kekuatan pribadinya, dan ia menuntut,
berdasarkan pribadinya sendiri dan
hubungannya yang sungguh-sungguh dengan anak-anak itu menerima tanggung jawab atas
apa yang dilakukan oleh mereka. Perasaan tidak berdaya, yang memandang diri
sendiri sebagai manusia yang gagal. Ia menerima dan mengakui kenyataan dari
perasaan-persaan tersebut dan ia tidak berpretensi untuk mengesampingkan
kemarahan dan perlawanan anak-anak.
Dalam
proses belajar mengajar berlandaskan teknis Gestalt yang bisa diterapkan dan
diarahkan kepada pelayanan pendidikan guru untuk membantu para guru belajar
bagaimana mengintegrasiakan minat-minat utama para siswa dengan pelajaran.
Penekanan di berikan bukan hanya pada perasaan-perasaan siswa, tetapi juga
pengintegrasian aspek-aspek kognitif afektif dari belajar.
- KESIMPULAN
Pendekatan clien centered dan terapi gestalt adalah
jelas dari gambaran bahwa jenis hubungan dapat eksis hanya jika konselor secara
mendalam dan benar-benar mampu mengadopsi sikap-sikap ini. Klien-berpusat
konseling, jika itu harus efektif, tidak bisa menjadi trik atau alat. Ini bukan
cara halus membimbing klien sambil berpura-pura untuk membiarkan dia membimbing
dirinya. Agar efektif, harus asli. Hal ini sensitif dan tulus
"klien-centeredness" dalam hubungan terapeutik yang saya anggap
sebagai karakteristik ketiga terapi nondirective yang menetapkan itu khas
terpisah dari pendekatan lain
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling,
Jakarta, Studio Pers:2004
Gerald Corey, Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi (terjemahan), Bandung: PT Refika Aditama:2009
Prayitno
dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka
Cipta:2004.
Winken,
Bimbingan dan Konseling diIntitusi
Pendidikan, Grasindo, Jakarta:1997